IKATAN WULAN WARANEY MINAHASA
VOTE VOOR NYONG NONI SULUT 2025








DISBUDPAR NEWS
Gerabah Pulutan Goes To UNESCO
Gerabah Pulutan yang sudah dikenal hingga mancanegara kini tengah dipersiapkan menuju Warisan Budaya Dunia UNESCO.
Gerabah Pulutan Goes tu unesco Gerabah Pulutan yang telah dikenal luas hingga mancanegara kini sedang dipersiapkan untuk menuju warisan budaya dunia UNESCO. Hal ini terungkap dalam kegiatan Workshop Pembuatan Gerabah Pulutan yang merupakan program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan 2025 dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII Sulawesi Utara dan Gorontalo (SulutGo) Kementerian Kebudayaan Ri kepada Jeini Rumate, SH selaku Pamong Budaya Muda di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Minahasa.
Bantuan Ini kemudian digunakan untuk melaksanakan Workshop Pembuatan Gerabah Pulutan dengan Peserta ASN dan THL serta mahasiswa magang pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Minahasa, Juru Pelihara dan Pelajar SMK yang bukan Hanya Melatih Keterampilan tetapi juga Merupakan Bagian Nyata dari Pelaksanaan Strategi Pemajuan Kebudayaan : Melindungi, Mengembangkan, Memanfaatkan dan Membina Kekayaan Budaya Lokal agar tetap hidup dan memberi manfaat sosial dan Ekonomi. Workshop ini mengangkat Tema : LESTARIKAN HARI INI, HIDUPKAN ESOK HARI. Sebagai bagian bagian dari pelestarian budaya dan penguatan identitas Lokal dan Juga merupakan Langkah awal dari rangkaian Upaya Pengusulan Gerabah Pulutan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) UNESCO.
Hadir sebagai Narasumber dan juga Monitoring Langsung Pelaksanaan Bantuan Pemerintah Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan Tahun 2025 Bapak Ricky Rumagit, S.Sos, M.Hum selaku Pamong Budaya Ahli Muda Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII SulutGo yang menjelaskan lebih spesifik hal-hal mengenai warisan budaya tak benda (intemgible) terhadap suatu benda (tengible). Terkait dengan upaya untuk mendorong Gerabah Pulutan untuk mendapatkan pengakuan sebagai warusan budaya dunia di UNESCO, Rumagit mengungkapkan beberapa hal: "Secara umum dapat saya sampaikan yaitu pertama harus ada komunikasi dengan para pengrajin gerabah di Desa Pulutan. Sejalan dengan itu, perlu dicari data pendukung yang dapat dikonversi menjadi dokumentasi visual gambar dan video," ungkapnya.
Selanjutnya pemerintah Kabupaten Minahasa berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara hingga Pemerintah Pusat. "Jika hal ini sudah dilakukan, maka Balai Pelestatian Kebudayaan Wilayah XVII SulutGo akan memberikan pendampingan sekaligus mengawal proses sampai ke UNESCO," katanya. Narasumber Berikutnya Adalah Ketua Kelompok Komunitas Keramik Pulutan dan Pusat Pelatihan Keramik Pulutan Training Center Bapak Nekky Wungkar yang membawakan materi terkait gambaran umum Gerabah Pulutan. Menurutnya, sejarah pembuatan Gerabah Pulutan memang belum ada data yang pasti kapan mulai dilakukan okeh masyarakat Desa Pulutan. Akan tetapi dari catatan yang ada, sekitar tahun 1916 sudah mulai ada aktivitas pembuatan gerabah dengan metode tradisional. "Mulanya yang dibuat adalah peralatan untuk memasak dan keperluan rumah sehari-hari. Baru seiring perkembangan hingga saat ini, sudah banyak jenis," ungkapnya. Secara teknis, pembuatan gerabah dimulai dari pengolahan bahan baku tanah liat yang ada. Dalam proses ini, setelah dilakukan pencampuran bahan baku, selanjutnya dilakukan pembentukan gerabah sesuai dengan model yang diinginkan.
Selanjutnya proses pengerungan dibawah sinar matahari selama beberapa hari dan dilanjutkan pada tahap pembakaran pada suhu sekitar 600 derajat celsius. Tahap pembakaran ini juga sekaligus menjadi pengujian kualitas gerabah yang dibuat. "Jika setelah pembakaran bentuk gerabah masih seperti semula, maka itu tandanya berkuakitas baik dan siap lanjut ke tahap finishing sebelum dipasarkan," jelasnya. Di sesi berikutnya, materi tentang penguatan pemahaman kebudayaan dari berbagai aspek kehidupan masyarakat Minahasa. Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Minahasa Thelma Lapian mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan upaya untuk rencana besar tersebut





