IKATAN WULAN WARANEY MINAHASA

DAFTARKAN DIRI ANDA DI PWWM 25

DISBUDPAR NEWS

Sidang Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia 2025

Sebuah langkah maju di sektor kebudayaan dan pariwisata sukses mengukir prestasi di tingkat nasional. Empat Karya Budaya yang hingga kini masih eksis resmi ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia tahun 2025 pada Jumat (10/10/2025). keempat karya budaya tersebut adalah Gerabah Pulutan, Musik Bambu Minahasa, Bakera dan Kumawus. Hal tersebut dilakukan melalui Sidang Penetapan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di Jakarta hari ini. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Telma Lapian didampingi Kepala Bidang Kebudayaan Youlanda Kawatu mengaku sangat bersyukur atas penetapan tersebut. “Tentu ini adalah langkah maju bagi sektor kebudayaan dan pariwisata Minahasa. Namun sejalan dengan itu, ini juga menjadi tantangan terkait upaya pelestarian,” Ditambahkannya, semoga dengan penetapan ini, masyarakat akan semakin menyadari akan pentingnya menjaga eksistensi dari kearifan lokal daerah sebagai bagian dari jati diri Tou Minahasa.

Nyong Minahasa Meraih Gelar Nyong Sulut 2025

Nyong dan Noni Sulut tahun 2025 terpilih.

Gelar Nyong Sulut 2025 disabet Ariel Z Walandouw SIKom, utusan Kabupaten Minahasa.

Sementara Bernanda Paparang dari Kabupaten Kepulauan Sangihe, menyandang gelar Noni Sulut 2025.

Gelaran grand final dilaksanakan di Manado Convention Center (MCC), Kota Manado, Kamis (18/9) malam.

Pengembangan SDM Kesenian Tradisional

Pemkab Minahasa Sosialisasi Pengembangan SDM Kesenian Tradisional

Minahasa - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Minahasa melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), melakukan sosialisasi tentang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesenian Tradisional di Minahasa, Rabu (17/09) pagi, bertempat di Aula Benteng Moraya.Kegiatan ini dibuka secara resmi pelaksanaannya oleh Sekretaris Daerah Minahasa, Dr Lynda D Watania MM MSi, sekaligus menyampaikan materi, serta dihadiri para Camat se-Kabupaten Minahasa, serta Aparatus Sipil Negara yang mengelola data di masing-masing kecamatan. Pelaksana Tugas Kepala Disbudpar Minahasa, Fenty Telma Lapian SE, dalam laporannya melalui Kepala Bidang Kebudayaan, Olivia Singkoh mengatakan, sosialisasi ini dilaksanakan untuk membantu masyarakat dalam memahami konteks seni budaya, dan meningkatkan apresiasi terhadap nilai dan tradisi budaya daerah Minahasa.

Mengingat, Kabupaten Minahasa memiliki karakteristik kultural serta kekayaan budaya yang baik dan merupakan dasar untuk kemajuan berbagai seni budaya daerah. Dimana, seni dan budaya ini perlu dijaga dan dilestarikan, yang kesemuanya memerlukan SDM yang mumpuni.

"Itulah sebabnya sosialisasi ini dilaksanakan. Sasaran dari pelaksanaan sosialisasi ini adalah, ASN yang mengelola pendataan seni budaya yang ada di kecamatan se-Kabupaten Minahasa. Melatih mereka agar mampu mendata dan melakukan pelestarian budaya di wilayah masing-masing," ujarnya.Dia lalu mengakhiri laporannya dengan sebuah pantun, "Pergi liburan ke Benteng Moraya bersama kekasih, aduhai indahnya. Minahasa banyak ragam atas budaya, tugas kita untuk melestarikannya".

Sementara, Sekda Lynda Watania, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Disbudpar Minahasa yang sudah menggelar kegiatan yang sangat penting dan strategis."Berbicara budaya, ini kultur masyarakat yang mesti dilestarikan, apalagi di era digitalisasi saat ini yang mulai mengikis secara perlahan kebudayaan yang menjadi ciri khas daerah kita. Untuk itu, perlu pengembangan SDM dalam menjaga dan melestarikan budaya daerah kita," kata Sekda.

Lanjut kata Sekda, budaya merupakan salah satu sektor yang sangat dibutuhkan daerah, karena budaya memiliki keterkaitan erat dengan pariwisata, dimana pariwisata menjadi leading sektor prioritas yang mampu menggerakkan sektor-sektor yang lain, untuk perkembangan perekonomian yang memajukan masyarakat.

"Pariwisata dalam hubungannya dengan kebudayaan, adalah bagaimana kita menarik wisatawan untuk pariwisata kita melalui ragam kebudayaan lokal. Makanya itu harus dikemas dengan baik, dilestarikan agar menjadi daya tarik tersendiri bagi dunia pariwisata," imbuhnya.Sekda kemudian mendorong para Camat agar berkoordinasi dengan sekolah-sekolah yang ada di wilayah masing-masing, untuk mensosialisasikan dan mengajak agar membentuk kelompok-kelompok atau komunitas-komunitas kesenian yang mengangkat budaya Minahasa seperti diantaranya, tari Maengket, musik Kolintang, Kabasaran dan lain-lian.

"Peran para Camat tentu sangat vital dalam mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga budaya yang menjadi ciri khas di wilayah masing-masing. Karena ini berbicara soal SDM, maka semua pihak harus terlibat dalam pengembangan kebudayaan di daerah, meliputi tarian, kesenian, kuliner dan sebagainya," pungkasnya.

Gerabah Pulutan Goes To UNESCO

Gerabah Pulutan yang sudah dikenal hingga mancanegara kini tengah dipersiapkan menuju Warisan Budaya Dunia UNESCO.


Gerabah Pulutan Goes tu unesco Gerabah Pulutan yang telah dikenal luas hingga mancanegara kini sedang dipersiapkan untuk menuju warisan budaya dunia UNESCO. Hal ini terungkap dalam kegiatan Workshop Pembuatan Gerabah Pulutan yang merupakan program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan 2025 dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII Sulawesi Utara dan Gorontalo (SulutGo) Kementerian Kebudayaan Ri kepada Jeini Rumate, SH selaku Pamong Budaya Muda di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Minahasa.

Bantuan Ini kemudian digunakan untuk melaksanakan Workshop Pembuatan Gerabah Pulutan dengan Peserta ASN dan THL serta mahasiswa magang pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Minahasa, Juru Pelihara dan Pelajar SMK yang bukan Hanya Melatih Keterampilan tetapi juga Merupakan Bagian Nyata dari Pelaksanaan Strategi Pemajuan Kebudayaan : Melindungi, Mengembangkan, Memanfaatkan dan Membina Kekayaan Budaya Lokal agar tetap hidup dan memberi manfaat sosial dan Ekonomi. Workshop ini mengangkat Tema : LESTARIKAN HARI INI, HIDUPKAN ESOK HARI. Sebagai bagian bagian dari pelestarian budaya dan penguatan identitas Lokal dan Juga merupakan Langkah awal dari rangkaian Upaya Pengusulan Gerabah Pulutan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) UNESCO.

Hadir sebagai Narasumber dan juga Monitoring Langsung Pelaksanaan Bantuan Pemerintah Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan Tahun 2025 Bapak Ricky Rumagit, S.Sos, M.Hum selaku Pamong Budaya Ahli Muda Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII SulutGo yang menjelaskan lebih spesifik hal-hal mengenai warisan budaya tak benda (intemgible) terhadap suatu benda (tengible). Terkait dengan upaya untuk mendorong Gerabah Pulutan untuk mendapatkan pengakuan sebagai warusan budaya dunia di UNESCO, Rumagit mengungkapkan beberapa hal: "Secara umum dapat saya sampaikan yaitu pertama harus ada komunikasi dengan para pengrajin gerabah di Desa Pulutan. Sejalan dengan itu, perlu dicari data pendukung yang dapat dikonversi menjadi dokumentasi visual gambar dan video," ungkapnya.

Selanjutnya pemerintah Kabupaten Minahasa berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara hingga Pemerintah Pusat. "Jika hal ini sudah dilakukan, maka Balai Pelestatian Kebudayaan Wilayah XVII SulutGo akan memberikan pendampingan sekaligus mengawal proses sampai ke UNESCO," katanya. Narasumber Berikutnya Adalah Ketua Kelompok Komunitas Keramik Pulutan dan Pusat Pelatihan Keramik Pulutan Training Center Bapak Nekky Wungkar yang membawakan materi terkait gambaran umum Gerabah Pulutan. Menurutnya, sejarah pembuatan Gerabah Pulutan memang belum ada data yang pasti kapan mulai dilakukan okeh masyarakat Desa Pulutan. Akan tetapi dari catatan yang ada, sekitar tahun 1916 sudah mulai ada aktivitas pembuatan gerabah dengan metode tradisional. "Mulanya yang dibuat adalah peralatan untuk memasak dan keperluan rumah sehari-hari. Baru seiring perkembangan hingga saat ini, sudah banyak jenis," ungkapnya. Secara teknis, pembuatan gerabah dimulai dari pengolahan bahan baku tanah liat yang ada. Dalam proses ini, setelah dilakukan pencampuran bahan baku, selanjutnya dilakukan pembentukan gerabah sesuai dengan model yang diinginkan.

Selanjutnya proses pengerungan dibawah sinar matahari selama beberapa hari dan dilanjutkan pada tahap pembakaran pada suhu sekitar 600 derajat celsius. Tahap pembakaran ini juga sekaligus menjadi pengujian kualitas gerabah yang dibuat. "Jika setelah pembakaran bentuk gerabah masih seperti semula, maka itu tandanya berkuakitas baik dan siap lanjut ke tahap finishing sebelum dipasarkan," jelasnya. Di sesi berikutnya, materi tentang penguatan pemahaman kebudayaan dari berbagai aspek kehidupan masyarakat Minahasa. Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Minahasa Thelma Lapian mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan upaya untuk rencana besar tersebut